Sabtu, 09 Juli 2016

{Hipotesis} Fisika_Rumus Persentase Cinta

Persentase Cinta
Hipotesis Ryan P. Putra


Keterangan:
%Lo    = Persentase cinta
µLo     = Koefisien cinta {(Ax + Ay) / 2}
Dengan
            Ax          = Usia cewek (tahun)
Ay          = Usia cowok (tahun)
λ          = Panjang gelombang cinta (m)
Dengan
            λ          = v.T
            v          = Kecepatan cinta diasumsikan kecepatan bunyi di udara (sekitar 340 m/s)
T          = Periode cinta (sekon)
s          = Jarak antar pasangan (m)

PERHATIAN!!!!!
Sebelum membaca penjelasan di bawah ini, rumus di atas merupakan sebatas hipotesis dan BELUM dibuktikan kebenarannya dan kepastiannya karena membutuhkan media dan proses percobaan yang sangat rumit serta waktu yang sangat lama meskipun rumus yang disajikan cukup sederhana.
Penjelasan:         
           Setiap manusia di dunia ini pasti memiliki perasaan antar sesamanya. Apapun itu perasaannya. Perasaan yang hampir mirip maknanya namun berbeda yakni cinta dan sayang. Jika disuruh memilih cinta atau sayang, tentunya yang memiliki arti paling dalam terutama untuk pasangan adalah sayang. Mengingat pernah ada lagu anak-anak berjudul “Satu-Satu Aku Sayang Ibu” yang menceritakan perasaan sayang seorang anak kepada keluarganya. Sama seperti halnya dengan keluarga, rasa sayang kepada pasangan tidak terhingga batasnya. Kecuali dengan perasaan cinta yang terbatas batasnya.
         Oleh karena itu, saya akan menjabarkan persentase cinta yang dimiliki oleh seseorang kepada pasangannya melalui sebuah rumus dan berikut penjelasan rumus setiap besarannya:
1.      µLo
µLo merupakan koefisien cinta yang didapat dari penjumlahan kedua pasangan dengan dibagi menjadi dua. Penjumlahan tersebut berpengaruh terhadap persentase cinta setiap pasangan. Jika semakin tua usia cowok dan cewek, maka semakin besar pula persentase cintanya. Mengingat ada ungkapan ‘cinta monyet’ yang ditujukan oleh ABG, maka persentase cinta mereka masih minim karena usianya yang masih muda.
Lalu, mengapa µLo dibagi dua? Karena yang namanya cinta membutuhkan dua pasangan individu yang saling melengkapi satu sama lain. Merupakan hal aneh jika cinta tidak membutuhkan dua orang saja.
2.      λ
λ merupakan panjang gelombang cinta yang didapat dari perkalian kecepatan cinta dengan periode cinta.
Kecepatan cinta diasumsikan sebagai kecepatan bunyi di udara yang besarnya sekitar 340 m/s. Hal ini dikarenakan cinta seperti bunyi, bisa dirasakan tetapi tidak dapat dilihat serta merambat dari satu orang ke orang yang lain melalui udara.
Sedangkan untuk periode cinta, merupakan waktu lamanya setiap pasangan bersamaan atau berdekatan dengan jarak yang tetap dan tidak berubah. Jika jarak berubah, maka waktu juga akan berubah.
Lalu bagaimana dengan pasangan yang saling menempelkan anggota tubuhnya (jangan berpikiran jorok!) misalnya saling bergandengan tangan? Maka besarnya λ = 0, karena tidak ada gelombang cinta yang merambat jika dua benda (pasangan maksudnya) berhimpitan atau saling menempel. Efek dari hal ini, maka persentase cinta hanya didapat dari koefisien cinta.
3.      s
s merupakan jarak antar pasangan. Jarak ini bersilfat relatif, artinya tidak memungkinkan bahwa jauh maupun dekatnya setiap pasangan akan berpengaruh terhadap besar atau kecilnya persentase cinta.
s ≠ 0, meskipun setiap pasangan berdekatan. Hal ini karena jarak antar hati setiap individu yang berdekatan tidak mungkin nol. Mengingat hati merupakan organ dalam tubuh yang tidak bisa dihimpitkan.

Kesimpulan dan Catatan Penulis:
        Sesuai dengan rumus di atas jika dikalikan 100%, maka akan didapat persentase cinta. Jika terjadi %Lo ≥ 100%, maka persentase cinta tersebut bisa disamakan dengan perasaan sayang. Mengingat perasaan sayang setiap orang bersifat real dalam arti lain 100% atau lebih dari itu. Rumus ini tidak berlaku untuk setiap pasangan yang berkomitmen untuk saling sayang. Lalu, beranikah menghitung persentase cintamu terhadap pasanganmu? Kalau yang masih jomblo, santai dulu ya. Tunggu hipotesis-hipotesisku yang lain. Salam Seringgila!



Biodata:

RYAN P. PUTRA. Penulis buku Kelinci Percobaan K-13 (terbit Maret 2016) dan Mahasiswa S1 Konsentrasi Fisika ITS Surabaya.

4 komentar:

  1. Keren ini hipotesa. Sekilas rumusnya bikin pusing kalo kebetulan yg baca orang phobia fisika macam saya. Haha.. Tp setelah baca penjelasannya ada gambaran maksud rumusnya gimana.
    Satu pertanyaan mas, ini rumus bisa diterapkan buat ngitung utk pasangan suami istri gak? Hehe.. Trus umur pasangan yg dijumlah tuh umur saat ketemu pertama atau pas saat penghitungan? Jd penasaran..
    #blogwalkingan
    tinulis(dot)com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam, Bapak/Saudara Eko Suseno.
      Rumus ini dapat diterapkan secara umum untuk pasangan siapapun serta kapanpun usia awalnya. Untuk pasangan yang resmi menjadi suami istri, maka rumus bisa digunakan atau tidak. Tetapi yang paling mendominasi tidak dapat diterapkan. Karena pasangan tersebut sudah terikat dengan perjanjian yang sah di dalam buku nikah serta perasaan yang ada di pasangan tersebut menjadi sayang dan bukan cinta lagi.
      Terima kasih telah mengirimkan saran, komentar, atau pertanyaan di postinganku ini.

      Hapus
  2. Keren banget ni bang Seringgila 😁😁😁
    Saya juga keluaran Fisika, jadi lumayan mengertilah. Hehehe.
    Boleh saya share bang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam Bapak/Saudara Atri.
      Boleh-boleh saja. Saya persilahkan Saudara untuk membagikannya.
      Terima kasih telah mengirimkan saran, komentar, atau pertanyaan di postinganku ini.

      Hapus