Selasa, 18 Juli 2017

{Artikel} Buatlah Judul yang Menggoda Agar Tulisan Dilirik Editor Media

Buatlah Judul yang Menggoda Agar Tulisan Dilirik Editor Media

http://surabaya.tribunnews.com/2017/07/17/buatlah-judul-yang-menggoda-agar-tulisan-dilirik-editor-media 

Ryan P. Putra
Mahasiswa S1 Departemen Fisika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
(Dimuat di Citizen Reporter Harian Surya edisi 18 Juli 2017)

BELASAN orang dari berbagai daerah dan latar belakang menuju ke Villa Syariah Hidayatullah Kota Wisata Batu, Malang, mengikuti forum silaturahmi pertama yang diadakan taklim jurnalistik community. Kegiatan dua hari, Jumat-Sabtu (7-8/7/2017) ini mengusung tema Bersinergi Membangun Jurnalis Muslim.
Salah satu pemateri, dr Dito Anurogo memaparkan The Art Artistic and Futuristic Writing.  Dito menjelaskan dasar-dasar kepenulisan, seperti: jenis-jenis tulisan, struktur penulisan, hingga kiat mendapatkan ide.
Dari materi-materi tersebut, yang menjadi poin paling menarik ialah trik singkat untuk bisa menembus media.
“Untuk bisa dimuat di media, penilaian pertama dari judul tulisan. Setelah judul, kemudian lead atau paragraf pertama lalu tulisan secara menyeluruh,” tutur dokter yang menulis buku The Art of Medicine itu.
Hal tersebut dikarenakan jumlah tulisan yang masuk ke email media tidak sedikit. Bisa belasan, puluhan, bahkan ratusan. Sehingga, langkah awal yang dilakukan redaktur adalah menilai dari judul tulisannya. Ketika judulnya menarik, baru redaktur menilai lead atau paragraf tulisan.
Pentingnya lead sangat mempengaruhi pembacanya. Jika lead menarik, pembaca akan membaca tulisan hingga tuntas.
Untuk menulis lead, diperlukan diksi yang sangat kuat dan tepat. Apabila pemilihan katanya terlalu umum, sangat sulit untuk bisa menembus media.
Dito memberikan motivasi kepada peserta bahwa setiap orang bisa menembus media. Itu semua tidak bergantung dari profesi penulis, tetapi dari kualitas tulisannya.
Tidak salah jika seorang mahasiswa dapat menulis tentang politik meski di kuliahnya tidak mendapat mata kuliah ilmu politik. Hanya yang menjadi pertanyaan, apakah bisa mahasiswa menulis tersebut?
Jika dapat dan tulisannya memang bagus, maka bisa jadi tulisan tersebut dimuat di media.
Perlu ditekankan lagi, bahwa profesi seseorang bukan jaminan untuk bisa menembus media. Tapi kualitas tulisannya yang menjadi penilaian utamanya. Karena pertama kali yang dibaca oleh pembaca adalah judulnya, bukan siapa penulisnya.
“Ada anggota DPR yang menulis ratusan kali tapi belum pernah dimuat di media meskipun sering mengirimnya,” tutup CEO Indonesia Literacy Fellowship.

Senin, 10 Juli 2017

Lupa?

Lupa?

Senin,
Pagi ini aku ke kampus karena mendapat amanah sekaligus hobiku. Ya, ini sebuah kegiatan yang mendarah daging di hidupku. Namun, itu sebuah hal biasa untukku. Tentu kau tahu maksudku. Jika kau tak tahu, mungkin sepenuhnya kau belum mengenalku. Kita harus lebih mengenal satu sama lain.
Aku teringat kita memiliki janji untuk menuju ke suatu tempat. Tentu tempat itu membuat imajinasiku semakin terbakar. Apalagi kau mengajak teman-temanmu yang membuatku semakin tak bisa memadamkan otakku yang terbakar akan imajinasi itu.
Kita semua memandang sebuah tembok dilapisi oleh secarik kain yang menampilkan gambar bergerak. Aku menyukai gambar bergerak itu. Entah mengapa aku bisa. Ada dua kemungkinan. Pertama, karena aku bisa bersamamu. Kedua, karena sejak dulu aku mengidolakan tokoh utama yang kita saksikan bersama. Mungkin juga dua hal itu kurasakan.

Kita semua menelusuri lorong-lorong usai menyandarkan punggung di kursi yang nyaman. Akan tetapi, itu membuatku dan mungkin membuatmu terlupa akan sesuatu. Kau pernah mengajakku untuk berbicara sesuatu, namun itu terlupakan. Apa benar aku dan kau lupa? Karena perjalanan kita.