Rabu, 26 Desember 2018

{Artikel} Liburan Semester Ala MI Ma’arif Sambiroto


Liburan Semester Ala MI Ma’arif Sambiroto
Dimuat di Citizen Reporter Harian Surya edisi Rabu, 26 Desember 2018

BANYAK cara yang dilakukan oleh pelajar ketika liburan semester menjelang akhir tahun. Ada yang menghabiskan waktu di rumah hingga berekreasi ke tempat wisata bersama keluarga. Aktivitas tersebut tidak dilakukan oleh puluhan siswa di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ma’arif Sambiroto, Rabu (19/12).
            Madrasah yang terletak di Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo tersebut, memiliki cara tersendiri yakni mengadakan kegiatan pesantren liburan semester. Secara garis besar, kegiatan tersebut berhubungan dengan spiritual keagamaan. Tetapi, di sela-sela itu diadakan pelatihan membuat robot kapal dari bahan-bahan sederhana.
            Pelatihan membuat robot kapal tersebut diajarkan oleh 4 mahasiswa Fisika ITS, yakni: Mursyid, Ghinan, Yusuf, dan Ryan kepada puluhan siswa MI Ma’arif Sambiroto. Menurut Mursyid, selaku pelopor ide pembuat robot, pelatihan tersebut untuk mengenalkan dunia pesantren di masa kini agar berkontribusi dalam kemajuan bangsa dan melatih kemandirian para siswa.
            “Persiapan dari pelatihan ini yakni memberikan pengarahan kepada orang tua bahwa dunia pesantren tidak hanya belajar agama dan mengaji kitab saja. Tetapi di masa sekarang pesantren juga mengenalkan pendidikan umum, mengenalkan dunia robotik, melakukan riset dan sains dalam segala aspek,” tutur mahasiswa yang merupakan alumnus dari MI Ma’arif Sambiroto.
            Menurut Marcel, salah seorang siswa kelas 4 di MI tersebut mengaku bahwa proses membuat robot kapalnya sulit. Ia mengatakan bahwa susahnya terletak di proses pengelemannya.
Wajar saja seperti itu, karena lem yang digunakan dalam pelatihan ini menggunakan lem tembak, sehingga cukup sulit digunakan oleh siswa kelas 4. Lem tembak dipilih karena sifatnya yang mudah kering dan harganya yang sangat murah.
            “Aku senang ikut buat robot kapal tadi karena bisa senang-senang dan berkreasi. Terus aku dapat banyak pengalaman juga,” ungkap M. Ibnu Sobir, siswa kelas 6 MI.
            Menurut Mursyid, ia pernah mengirimkan beberapa siswa MI Ma’arif Sambiroto untuk mengikuti lomba robot. Beberapa siswa yang pernah ia ikutkan adalah Nazi dan Rahma.
Mereka berdua masih duduk di kelas 6 tetapi dapat membuat robot soccer dan robot line follower. Akan tetapi, mereka kalah karena menurut Rahma sensor pada robot mengalami kerusakan.
Mursyid berharap kegiatan ini agar siswa lebih giat dalam belajar ilmu dalam segala bidang, baik agama ataupun teknologi. Serta melatih kemandirian dan menanamkan sikap moralitas di zaman yang penuh dengan gadget.



RYAN P. PUTRA
Mahasiswa Departemen Fisika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
ryanpramanap@gmail.com

Selasa, 20 November 2018

{Artikel} Semangat 10 November


Semangat 10 November

(Dimuat di Citizen Reporter Harian Surya edisi Selasa, 20 November 2018)

PERINGATAN Hari Pahlawan yang dilakukan oleh Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (KM ITS) diekspresikan dengan aksi nasionalisme dan patriotisme di sekitar Tugu Pahlawan, Sabtu (10/11). Diikuti oleh ribuan mahasiswa ITS angkatan 2014 hingga 2018 dari berbagai departemen yang ada di ITS, aksi tersebut bernamakan Aksi Sepuluh Nopember (ASN).
            Menurut Haekal Akbar Kartasasmita, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITS ITS. ASN bertujuan untuk mengingatkan tentang semangat juang yang akan ditransformasikan menjadi gerakan untuk Surabaya dan Indonesia. “Latar belakangnya adalah untuk memperingati momentum besar 10 November sebagai gelaran besar ITS dan mahasiswanya,” tuturnya.
            Pelaksanaan ASN sudah pernah dilakukan puluhan tahun lalu kemudian vakum. Pada tahun 2018 diinisiasi kembali. ASN tahun ini diadakan langsung di Tugu Pahlawan. Menurut Haekal, Tugu pahlawan merepresentasikan perjuangan arek-arek Suroboyo saat perjuangan 10 November 1945.
Selain itu, Tugu Pahlawan merupakan lambang ITS sehingga harus bisa bersanding langsung agar penjiwaan sebagai mahasiswa ITS bisa melekat. Diadakan di sana agar bisa menjiwai momentum 10 Nopember.       ASN dimulai dengan longmarch di sekeliling Tugu Pahlawan sebagai simbolik pergerakan mahasiswa Indonesia dan perjuangan arek-arek Suroboyo. Setelah itu mengheningkan cipta sekaligus menaruh bunga sebagai tanda rasa haru kepada para pahlawan atas perjuangannya dulu. Ada juga orasi-orasi penyemangat untuk mahasiswa ITS serta menyanyikan lagu perjuangan. Ditutup dengan pagelaran karya mahasiswa ITS yang berhasil membanggakan nama Indonesia di mata dunia sebagai simbolik pergerakan intelektual mahasiswa ITS.
“Orasi-orasi yang dibawakan berisi tentang sejarah pergerakan Surabaya, hidupnya mahasiswa ITS dalam membangun bangsa, transformasi perubahan pergerakan mahasiswa, dan menekankan bahwa Mahasiswa ITS adalah kader pemimpin bangsa yang akan membawa semangat juang Sepuluh Nopember untuk Indonesia”, kata mahasiswa dari Departemen Teknik Perkapalan ITS itu.
ASN direspon baik oleh KM ITS. Itu karena ASN merupakan momentum Peringatan 10 November yang lahir dari pergerakan mahasiswa ITS yang dilakukan sebagai waktu untuk berefleksi dan mengingat kembali sejarah di Surabaya.
Haekal berharap agar ASN akan terus menginspirasi berbagai elemen di Surabaya, bahwa 10 November ini milik Surabaya dan harus implementasikannya dalam bentuk karya dan gerakan untuk Surabaya hingga Indonesia.


RYAN P. PUTRA
Mahasiswa Departemen Fisika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya



Selasa, 30 Oktober 2018

{Artikel} Malam Minggu di Kemeriahan LUANO 2018


Malam Minggu di Kemeriahan LUANO 2018

 
(Dimuat di Citizen Reporter Harian Surya edisi Selasa, 30 Oktober 2018)

TIDAK sedikit cara yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menikmati malam minggu. Ada yang bermalam minggu bersama teman ke tempat wisata, ke taman, ataupun tetap di kampus. Yang dilakukan oleh mahasiswa fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) angkatan 2017 dalam menikmati malam minggu berbeda. Mereka mengadakan malam keakraban atau makrab, Sabtu (27/10).
        Bertempat di Blackhole lantai 2 Departemen Fisika ITS, makrab yang mereka gagas bertemakan Indian Bohemian. Tema itu dipilih sesuai dengan karakter mahasiswa fisika ITS angkatan 2017 yang mereka ciptakan sendiri. Kata Indian menggambarkan suku yang berbeda-beda bahasa tetapi mereka dapat berkomunikasi dengan baik meskipun menggunakan bahasa isyaratpun. Sedangkan kata Bohemian menggambarkan gaya hidup mereka yang bebas.
            Menurut Bram, salah satu mahasiswa fisika ITS angkatan 2017 asal mulanya tema tersebut bermula dari cocokologi dari angkatannya. Jadi tema tersebut tidak semata-mata diusung tanpa ada cerita di baliknya.
“Suku Indian dipilih karena keunikannya yang dapat berkomunikasi dengan baik meskipun menggunakan bahasa isyarat sesama anggota suku dan diharapkan dapat mencerminkan angkatan kami,” tutur mahasiswa yang dipercaya menjadi ketua makrab itu.
Yang menjadi daya tarik tersendiri, nama acara mereka tidak sekadar makrab ataupun malam keakraban tetapi LUANO 2018. LUANO sendiri merupakan singkatan dari Let Us Always Need Each Other yang diharapkan mempererat tali silaturahmi antara fisika ITS angkatan 2017 dengan seluruh angkatan yang ada di Departemen Fisika ITS.
“Persiapan kami bisa dibilang kurang. Tidak sedikit yang dipersiapkan secara dadakan dan harus memutar otak untuk mengganti elemen-elemen yang kurang. Hal itu dikarenakan kami masih banyak tanggungan lain sehingga susah untuk membagi fokusnya. Untungnya itu semua teratasi dengan pemikiran cerdas kami untuk menambal kekurangannya,” ungkap Bram.
Menurut Dinda, rekan seangkatan dengan Bram, mengaku sampai menangis-nangis karena persiapan yang membuatnya capek. Namun itu semua terbayar dengan meriah pelaksanaan LUANO 2018.
Selain live acoustic, LUANO 2018 menampilkan tari tradisional dan modern. Tradisional yang ditampilkan yakni Tari Saman dari Aceh dengan penarinya mahasiswi fisika angkatan 2017. Hebatnya, mereka tidak ada keturunan Aceh sama sekali dan mampu menampilkan tarian yang sangat memukau. Selain itu, dekorasi tempat perlu diacungi dua jempol karena saking mewahnya.
           

RYAN P. PUTRA
Mahasiswa Departemen Fisika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
ryanpramanap@gmail.com

Sabtu, 28 Juli 2018

{Artikel} 2 in 1: Kopdar dan Rapat Koordinasi Taktik Jawa Timur

2 in 1: Kopdar dan Rapat Koordinasi Taktik Jawa Timur

Dimuat di dapurpena.com edisi Sabtu, 28 Juli 2018

(Foto:Syantik/Sesi Foto bersama selepas Kopdar Pengurus Wilayah Taktik Jawi Wetan)

dapurpena.com - Sidoarjo Kota  menjadi destinasi yang cocok bagi pengurus Komunitas Taklim Jurnalistik (Taktik Community) Wilayah Jawa Timur mengadakan kopi darat (KopDar) yang ke-dua, Sabtu (28/07/2018). Bertempat di Rolag Kopi, Sidoarjo, Jawa Timur, kopdar tersebut dihadiri oleh beberapa pengurus inti yang berdomisili dari Probolinggo, Sidoarjo, Ponorogo dan Surabaya.

Selain ajang silaturrahim, kopdar kali ini mengadakan rapat koordinasi untuk kemajuan Taktik terutama di Jawa Timur. Dipimpin oleh Ahmad Zainuri selaku ketua wilayah, rapat koordinasi dimulai dengan menjabarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) hingga program kerja yang akan dilaksanakan setiap minggu, bulan, dan tahunnya.


“Setiap minggunya kita diskusi di grup whatsapp dan lomba menulis puisi atau cerpen. Untuk bulanannya, akan dipublikasikan karya terbaik dari pengurus dan anggota kemudian dilaksanakan kopdar hingga pembuatan media sosial. Lalu program kerja tahunannya akan diadakan seminar jurnalistik,” tutur pria asal Probolinggo tersebut sebagaimana release diterima dapurPENA, (28/07).

(Foto; Ryan/Ahmad Zainuri (dua dari kanan) memimpin jalannya rapat koordinasi di Rolag Kopi, Sidoarjo, Jawa Timur)

Berbeda dari sebelumnya, kopdar di Jawa Timur kali ini dihadiri langsung oleh Ketua Taktik Community Pusat,  Akbar T. Mashuri. Ia juga memaparkan kendala yang harus dihadapi oleh pengurus Taktik di Jawa Timur seperti mengatasi anggota yang pasif di grup.


Hebatnya, pria yang sempat mondok di salah satu pesantren Ponorogo tersebut mengusulkan nama baru untuk Taktik di Jawa Timur menjadi Taktik Jawi Wetan dan usul tersebut diterima oleh seluruh peserta yang ikut kopdar dan harapannya bisa diterima oleh seluruh elemen di Taktik baik tingkat wilayah maupun pusat.


“Berubahnya nama menjadi Taktik Jawi Wetan agar nama tidak terlalu kaku dan berbeda dari yang lain,” ungkap pria yang akan berkuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tersebut.


Reporter    : Ryan P. Putra
Editor         : Dwi R

Senin, 23 Juli 2018

{Cerpen} Aisyah; Gadis Berkerudung Merah

Aisyah; Gadis Berkerudung Merah

Dimuat di dapurpena.com edisi Senin, 23 Juli 2018

(Sumber; http://katacholis.blogspot.com/gadis berkerudung merah)


*Oleh: Ryan P. Putra

Satu setengah tahun aku meninggalkan semua orang yang ada di sekitarku. Bukan karena untuk pergi jauh dari mereka, namun tuk melanjutkan studi  di salah satu kampus ternama di Kota Pahlawan, Surabaya.  Awal mula nya, hal itu sulit kulakukan mengingat untuk pergi ke sana yang ditempuh menggunakan kapal yang seminggu lamanya. Biaya yang seadanya tak cukup untuk membeli tiket pesawat.

Aku merantau meninggalkan desaku karena jurusan yang aku pilih hanya ada di Surabaya. Mungkin aku terlalu egois, tetapi mau bagaimana lagi kalau impianku hanya ada di satu-satunya jurusan itu? Almarhum ayahku pernah berpesan bahwa aku harus meraih mimpiku meskipun letaknya setinggi langit.

Dunia perkuliahan tak seseram yang kubayangkan. Setiap usai kelas, aku tak pernah lupa ke gazebo jurusan untuk menengadahkan diri di bawah lembutnya awan sembari kicauan burung yang merdu. Aku tidak sendiri. Di gazebo yang lain aku selalu melihat sosok gadis yang memakai kerudung merah. Aku tak mengerti ia siapa. Ia selalu berdiam diri di tempat yang selalu sama.

Hari demi hari hingga minggu demi minggu, ia selalu di tempat itu. Aku selalu memandangnya dari kejauhan, tetapi aku tak melihat apa yang ia lakukan. Aku hanya melihat ia selalu memakai kerudung dengan warna sama, kerudung merah.

Mungkinkah ia penggemar warna merah? Atau ia memang pemberani? Aku bertanya-tanya di dalam hatiku tentang gadis misterius itu.

Sebenarnya, ada apa dengan kerudung merah? Pernah terlintas di pikiranku bahwa kerudung yang ia pakai melambangkan ciri khas dari daerah kelahirannya. Tetapi, apakah ada daerah yang aku maksud? Entahlah.

Satu-satunya cara yang bisa menjawab pertanyaanku hanyalah ia sendiri. Aku harus berani menghampirinya dan menanyakan itu semua. Rasa penasaranku tidak mungkin hilang kecuali ia buka mulut. Aku harus mencari tahu.

Tepat pukul 9 pagi, kelas kuliah pagiku selesai. Tanpa berpikir panjang lagi, aku harus menemui gadis berkerudung merah. Aku menahan rasa laparku dan bergegas menemuinya di gazebo yang biasanya ia menyendiri. Aku tak ingin membuang waktu lagi demi secuwil kisah darinya.

Sekitar lima puluh meter aku akan tiba di gazebo, aku tak melihat seorang pun di sana. Kuhentikan langkahku dan sejenak bertanya-tanya, dimanakah gadis berkerudung merah itu? Apakah hari ini ia tidak kuliah? Atau ia sedang di kantin? Rasanya tidak mungkin ia di kantin. Aku melihatnya dari kejauhan nampaknya ia tidak menyukai hal-hal yang ramai.

Sebagai lelaki, aku harus sabar menunggunya. Aku menunggunya di gazebo. Menit demi menit, kuhabiskan waktuku di gazebo itu.
Menunggunya sambil membaca novel terjemahan tak terasa waktu menungguku dua jam. Waktu bisa dibilang lama, juga bisa dibilang sekejap jika dihabiskan dengan membaca buku, menurutku.

Hari menjelang siang, matahari pun semakin berkuasa memancarkan sinarnya. Gadis berkerudung merah yang kunanti tak kunjung datang. Mungkin benar hari ini ia tidak ada kuliah. Meski sedikit kecewa, aku beranjak pergi meninggalkan gazebo. Aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku tidak boleh menyerah sedikitpun.

Hanya beberapa langkah dari gazebo, aku ditabrak oleh seseorang. Aku lihat wajahnya, ternyata ia seseorang yang selama ini aku cari.
Aisyah? Mengapa kau ada di sini? Apa yang sedang kau lakukan? tanyaku kepada seseorang yang menabrakku.

Aku berkuliah di sini. Sama seperti denganmu.
Ia adalah Aisyah, teman SMAku yang kebetulan satu kampus denganku. Aku terkejut melihatnya, karena kerudung yang ia pakai berwarna merah.

Apakah ia gadis berkerudung merah yang biasanya menyendiri di gazebo?
Apakah kau selalu memakai kerudung merah? tanyaku heran.
Iya. Semua kerudungku berwarna merah dan selalu aku pakai kapanpun dan dimanapun aku berada. Mengapa kau tampak heran?

Aku menceritakan semua yang aku lakukan tentang rasa penasaranku kepada Aisyah. Mulai dari aku milhatnya dari kejauhan hingga bertekad untuk menemuinya. Memang sedikit malu dan canggung, tapi itu semua demi jawaban atas semua rasa penasaranku. Syukurnya, Aisyah menanggapi positif tanpa tersinggung atas semua ceritaku.

Aku memakai kerudung merah bukan karena aku pecinta warna merah dan sosok yang berani. Kerudung merah yang aku pakai akan selalu mengingatkanku kepada sebuah bunga mawar yang indah. Aku pernah menanam bunga mawar di halaman rumahku dan mawar itu selalu membuat bahagia tetangga sekitar. Kini, mawar itu telah mati karena diserang hama yang aku tak tahu itu hama jenis apa. Agar aku tidak larut dalam kesedihanku, maka kerudung merah ini sebagai penghiburku, singkat cerita dari Aisyah.


Mendengar cerita itu, aku sedikit heran dan aneh. Aisyah yang kukenal saat SMA hanya biasa-biasa saja, kini begitu mencintai bunga mawar tanamannya. Tapi itu tidak menjadi masalah buatku. Yang lebih penting menurutku, kini aku tahu siapa sosok gadis berkerudung merah yang membuatku penasaran. Meski ceritanya membuatku sedikit meneteskan air mata.


*/Penulis adalah mahasiswa Fisika ITS, pernah menjadi finalis Akademi Remaja Kreatif Indonesia (ARKI)  tahun 2015.  Kini aktif di Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia dan Taktik Community.

Editor : Saathir Mustaqi
m

Kamis, 05 Juli 2018

{Artikel} Pentingnya Berdakwah Melalui Media Online Dalam perspektif Islam

Pentingnya Berdakwah Melalui Media Online Dalam perspektif Islam

Dimuat di dapurpena.com edisi Kamis, 5 Juli 2018


Oleh: Ryan P. Putra*

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa semakin bertambahnya zaman, maka perkembangan teknologi semakin maju. Jika pada tahun 90an telepon selular atau biasa disingkat dengan ponsel masih berukuran tabung, kini berubah menjadi pipih. Dulunya yang masih menekan-nekan tombol untuk membuka menu atau mengetik sesuatu, berubah menjadi menyentuh layar untuk melakukan sesuatu yang kita butuhkan di ponsel tersebut.

Dari berkembangnya ponsel tersebut, membuktikan bahwa zaman akan semakin maju dan sulit mengalami kemunduran. Terkadang ada orang yang berkata bahwa zaman cenderung mengalami kemunduran, tetapi hal tersebut hanya hal lain kecuali teknologi. Teknologi tidak akan mengalami kemunduran.

Berbicara mengenai perkembangan teknologi, tidak pernah terlepas dari internet. Dikutip dari wikipedia.org, internet (kependekan dari interconnection-networking) adalah seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar sistem global Transmission Control Protocol/Internet Protocol Suite (TCP/IP) sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia. Secara sederhana, internet dapat menghubungkan banyak orang di berbagai tempat menggunakan sistem tertentu. Sehingga, internet dapat memudahkan komunikasi dengan jarak yang sangat jauh.

Meningkatnya Perkembangan Internet

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 132,7 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2017 mencapai 143,26 juta jiwa dimana jumlah tersebut mencakup 54,68 persen dari total masyarakat Indonesia yang mencapai 262 juta orang. Hal tersebut diungkapkan oleh Henri Kasyfi Soemartono selaku Sekretaris Jenderal.

Dari tahun 2016 ke tahun 2017 jumlah pengguna internet di Indonesia mengalami peningkat. Diprediksi pada tahun 2018 akan mengalami peningkatan serupa meskipun jumlah peningkatannya tidak terlalu besar. Sebagai manusia, tentu tidak bisa menghindari fenomena tersebut.

Menurut Abdullah al-Faqih dalam al- Fatawa al-Islamiyah, Maktabah Syamilah,  tth., jil. 27, hal. 34 berarti: Bahwa sesungguhnya setiap persoalan (yang terkandung) dalam ajaran Islam itu selaras dengan setiap zaman dan setiap waktu, karena (ajarannya) diturunkan dari Allah penguasa alam. Makna yang didapat yakni perkembangan teknologi khususnya pada internet sudah pasti akan mengalami kemajuan seiring bertambahnya waktu. Lantas, sebagai mahasiswa muslim apa yang bisa kita manfaatkan dari hal tersebut?

Peran Media Online Dalam Dakwah Islam

Sebagai mahasiswa, kita tidak bisa menyalahkan zaman yang berkembang semakin maju. Tetapi, kita perlu memanfaatkan hal tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif, salah satunya yakni memanfaatkan media online sebagai sarana berdakwah.

Media online dapat dikatakan sebagai ‘nyawa kedua’ bagi mahasiswa. Pada dasarnya, kehidupan mahasiswa tidak bisa lepas dari semua yang berhubungan dengan internet. Buktinya, ketika bangun tidur hampir seluruh mahasiswa pasti membuka ponsel untuk melihat media sosial yang dimiliki.

Dari kegiatan yang sering dilakukan tersebut, menjadi bukti bahwa media online merupakan senjata yang bisa digunakan untuk menyebarkan dakwah islam. Kajian-kajian yang ditulis oleh tokoh agama maupun orang yang paham dengan islam, akan lebih mudah tersebar jika memanfaatkan media online. Selain itu, dakwah islam yang memanfaatkan media online sebagai sarananya lebih cepat diketahui oleh banyak orang daripada tidak memanfaatkan media online alias dakwah secara offline.
Salahkah Membudayakan Dakwah Melalui Kajian Online?
Allah telah berfirman dalam surah Yunus ayat 101 yang berarti “Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan menggunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...”.
Pada ayat tersebut Allah memerintahkan kepada manusia untuk melakukan penelitian terhadap alam semesta beserta isinya. Pertanyaannya, bagaimana cara efektif kita untuk menyebarkan hasil penelitian tersebut? Sama halnya dengan kajian, penelitian lebih mudah tersebar jika memanfaatkan media online. Sehingga, penelitian yang berisi dakwah islam akan lebih mudah diketahui oleh masyarakat.

Sejatinya, perkembangan media online saat ini sangat minim digunakan untuk menyebarkan kajian-kajian. Sebagai mahasiswa yang melek akan internet, perlu memanfaatkannya sebagai sarana berdakwah di kampus. Tidak salah jika memanfaatkan media online untuk menyebarkan dakwah, karena semua konten yang berada di media online akan lebih cepat dan singkat tersebarnya. Dan yang lebih penting, penyebaran dakwah islam akan menjangkau luas.


*Penulis adalah mahasiswa S1 Departemen Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan penulis buku “Kelinci Percobaan K-13” (FAM Publishing, 2016)
Editor: Hamka

Rabu, 27 Juni 2018

{Artikel} Syarat Menulis: Tempat yang Nyaman


Syarat Menulis: Tempat yang Nyaman


Ryan P. Putra
Mahasiswa Departemen Fisika ITS
(Dimuat di Citizen Reporter Harian Surya edisi Kamis, 28 Juni 2018)
Apa jadinya jika tidak bisa mengenali diri sendiri? Tentu hal itu membuat sulit melakukan banyak kegiatan. Salah satunya terhambatnya untuk menulis.
Orang tidak bisa menulis tanpa mengetahui kemampuan diri sendiri. Itu karena tulisan dibuat sendiri dan bukan orang lain yang menuliskannya.
Taklim Jurnalistik (Taktik) Community memberikan solusi untuk bisa menulis yang baik. Solusi itu dilaksanakan dalam kegiatan Forum Silaturahim Nasional (Forsilatnas) yang kedua di Pusdiklat Hidayatullah, Jalan Indragiri Gang 6, Kota Batu, Kamis-Sabtu (21-23/6/2018).
Akbar Trio Mashuri, pemateri Forsilatnas memaparkan mulai dari mengenali diri masing-masing hingga kiat-kiat untuk menulis sesuatu yang berarti kemudian tulisan itu dijadikan sebuah buku. Hal yang patut diapresiasi, semua materi yang dipaparkan disajikan secara runtut sehingga semua peserta forsilatnas paham dan bisa mengimplementasikan materinya.
Sebelum memulai menulis, orang harus tahu siapa dia dan apa yang akan dia tulis. Tanyakan pada diri kita apakah sudah siap untuk menulis atau tidak. Jika sudah tahu, kemudian buat rencana dengan matang untuk berkomitmen menulis lalu tanamkan niat dalam hati. Kebanyakan para penulis tahu apa yang akan ia tulis tetapi tidak berkomitmen untuk menuliskannya.
Menurut pria asal Sidoarjo itu, salah satu cara untuk membuat komitmen yakni menanamkan janji di dalam diri. Contohnya buat rencana tertulis, supaya memacu untuk bisa disiplin dan bertanggung jawab atas deadline yang dibuat.
“Selain rencana tertulis, agar kita bisa berkomitmen menulis yakni buat hukuman dan penghargaan untuk diri sendiri. Hal ini untuk memacu semangat kita untuk menulis,” tutur alumnus PP Al-Islam, Joresan, Ponorogo itu.
Ketika sudah mengenali diri secara otomatis orang mampu mencari tempat yang nyaman untuk menulis. Tempat yang akan digunakan untuk menulis akan menjadi senjata untuk diri sendiri karena di sana menjadi tempat yang nyaman untuk menulis. Jika sudah merasakan kenyamanan, tulisan akan mengalir.
Di akhir materi, Akbar menyarankan kepada peserta Forsilatnas untuk menulis buku. Apabila belum siap untuk menulis buku tunggal, maka bisa dimulai menulis buku antologi dengan teman kerja atau teman komunitas.

Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Syarat Menulis: Tempat yang Nyaman, http://surabaya.tribunnews.com/2018/06/27/syarat-menulis-tempat-yang-nyaman.
Editor: Endah Imawati

Rabu, 18 April 2018

{Artikel} Solusi bagi Penulis di Masa Depan


Solusi bagi Penulis di Masa Depan


Ryan P. Putra
Anggota FAM Cabang Surabaya
Mahasiswa Departemen Fisika ITS
(Dimuat di Citizen Reporter Harian Surya edisi Rabu, 18 April 2018)

Apa jadinya jika di masa depan kertas tidak diproduksi lagi? Tentu hal ini akan meresahkan bagi penulis. Penulis akan kehilangan media untuk bisa menulis. Terutama bagi para penulis yang menjadikan media cetak sebagai sarana menulis. Mendengar hal seperti itu, apakah penulis akan pensiun?
Forum Aktif Menulis (FAM) Cabang Surabaya memberikan solusi agar penulis tidak pensiun. Solusi tersebut dilakukan dalam kegiatan “Workshop Content Writer” di Majelis Mie, Jalan Citarum 2 Surabaya, Minggu (15/4/2018).
Reffi Dhinar, pembicara workshop menjelaskan mulai dari pengertian content writer hingga kiat-kiat menjadi content writer.
Hal yang menarik, semua materi yang disajikan merupakan pengalaman pribadi Reffi. Meskipun pengalaman pribadi, ia tidak canggung dan sungkan untuk membagikan ilmunya kepada belasan peserta yang hadir.
Secara sederhana, content writer merupakan penulis yang memublikasikan tulisannya di internet. Jadi mereka tidak menggunakan kertas sebagai medianya. Salah satu kiat yang dibagikan oleh Reffi untuk menjadi content writer yakni personal branding.
Personal branding dimulai dengan membuat tulisan di blog. Blog merupakan sarana gratis yang bisa dilakukan untuk menjadi content writer.
“Tulisan yang diposting di blog setidaknya tiga kali dalam sebulan. Jangan sampai blog kita tidak terisi tulisan hingga menjadi sarang laba-laba,” tutur wanita asal Sidoarjo itu.
Sebagai seorang content writer, modal awal yang harus dimiliki yakni media sosial. Peran media sosial dapat mengetahui siapa dan apa yang telah dia lakukan di bidang kepenulisan. Namun, media sosial yang dimiliki harus diatur public agar semua orang dapat melihatnya. Selain itu, kolom bio (profil) yang ada di media sosial juga harus terisi portofolio.
“Bio di media sosial perlu diganti menjadi portofolio penulis agar mendapatkan branding. Akan tetapi, konten dari bio tersebut sewajarnya saja. Tidak merendah dan tidak meninggi,” ungkap Reffi.
Apabila bio ditulis dengan gaya bahasa yang merendah, dikhawatirkan orang yang membaca akan meragukan kemampuan. Jika bio ditulis dengan gaya bahasa yang tinggi, orang akan mengira sombong. Yang ditulisnya setidaknya menunjukkan sosok itu bisa menulis dengan waktu yang singkat dan jumlah tulisan yang cukup banyak.
Jangan berhenti mencoba! Begitulah isi persentasi terakhir dari Reffi yang menggugah hati semua peserta workshop.


Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Solusi bagi Penulis di Masa Depan, http://surabaya.tribunnews.com/2018/04/17/solusi-bagi-penulis-di-masa-depan.
Editor: Endah Imawati

Kamis, 15 Februari 2018

{Artikel} Origami Penyimpan Mimpi


Origami Penyimpan Mimpi



Ryan P Putra
Mahasiswa Departemen Fisika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
(Dimuat di Citizen Reporter Harian Surya edisi Kamis, 15 September 2018)

Sebagai mahasiswa, salah satu tugas yang harus diwujudkan adalah pengabdian masyarakat. Itu telah dilakukan Himpunan Mahasiswa Fisika (Himasika) ITS yang mengadakan opening kampung binaan mereka di Keputih Tegal Gang 9, Sukolilo, Surabaya, Minggu (11/2/2018).
Arifah Fairuz Laili, Ketua Departemen Sosial Masyarakat (Sosmas) Himasika ITS periode 2017/2018 mengungkapkan, persiapan diadakan opening Kampung Binaan Himasika dimulai sejak Desember. Persiapan itu meliputi pengajuan proposal hingga anggaran dana yang dikeluarkan.
“Persiapan kami memang sudah lama. Akan tetapi, untuk persiapan teknis dan dekorasinya hanya H-1,” ungkap perempuan yang akrab disapa Ipeh itu.
Daya tarik kegiatan itu adalah anak-anak berusia SD menyajikan tarian dengan back song yang memukau. Tarian pertama diiringi lagu Laskar Pelangi yang menceritakan semangat anak-anak untuk meraih mimpinya. Selain itu, mereka juga menari dengan Manuk Dadali sebagai lagu yang melatarbelakanginya.
Opening Kampung Binaan Himasika ITS juga dihadiri perwakilan dari himpunan mahasiswa, BEM Fakultas, hingga BEM ITS. Meskipun semua organisasi mahasiswa di ITS diundang untuk memeriahkan kegiatan ini, tetapi sekitar 30 perwakilan saja yang ikut hadir karena mereka sibuk dengan masing-masing kegiatan.
“Kami mengundang seluruh organisasi mahasiswa di ITS agar mereka tahu adik-adik di kampung binaan kami sangat kreatif,” tutur Arifah.
Sesuai tema dan tujuannya, Edo Asdiantoro, staff Sosmas Himasika ITS mengungkapkan, kampung binaan Himasika ITSsebagai bukti pendidikan merupakan hak semua orang. Ia berharap agar tumbuh anak-anak yang cerdas dan kreatif di kampung binaan itu. Keluarga mereka mayoritas pemulung.
Itu merupakan langkah awal yang dilakukan Himasika ITS guna pencapaian Tri Dharma Perguruan Tinggi. Mengabdi kepada masyarakat seharusnya dimulai dari masyarakat yang penghasilannya di bawah rata-rata.
Selain Edo, Arifah berharap anak-anak itu memaknai cita-citanya. Di kampung binaan, ia meminta anak-anak menulis cita-citanya di origami lalu digantung di dinding. Cita-cita mereka yang tertulis pada origami itu beragam, seperti dokter, guru, polisi, hingga tentara.
“Aku senang dengan kegiatan ini karena banyak orang. Kakak Himasika-nya baik-baik,” ujar Tania malu-malu. Tania yang siswa kelas 4 SD itu salah anggota Kampung Binaan Himasika ITS.