Kamis, 15 Februari 2018

{Artikel} Origami Penyimpan Mimpi


Origami Penyimpan Mimpi



Ryan P Putra
Mahasiswa Departemen Fisika
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
(Dimuat di Citizen Reporter Harian Surya edisi Kamis, 15 September 2018)

Sebagai mahasiswa, salah satu tugas yang harus diwujudkan adalah pengabdian masyarakat. Itu telah dilakukan Himpunan Mahasiswa Fisika (Himasika) ITS yang mengadakan opening kampung binaan mereka di Keputih Tegal Gang 9, Sukolilo, Surabaya, Minggu (11/2/2018).
Arifah Fairuz Laili, Ketua Departemen Sosial Masyarakat (Sosmas) Himasika ITS periode 2017/2018 mengungkapkan, persiapan diadakan opening Kampung Binaan Himasika dimulai sejak Desember. Persiapan itu meliputi pengajuan proposal hingga anggaran dana yang dikeluarkan.
“Persiapan kami memang sudah lama. Akan tetapi, untuk persiapan teknis dan dekorasinya hanya H-1,” ungkap perempuan yang akrab disapa Ipeh itu.
Daya tarik kegiatan itu adalah anak-anak berusia SD menyajikan tarian dengan back song yang memukau. Tarian pertama diiringi lagu Laskar Pelangi yang menceritakan semangat anak-anak untuk meraih mimpinya. Selain itu, mereka juga menari dengan Manuk Dadali sebagai lagu yang melatarbelakanginya.
Opening Kampung Binaan Himasika ITS juga dihadiri perwakilan dari himpunan mahasiswa, BEM Fakultas, hingga BEM ITS. Meskipun semua organisasi mahasiswa di ITS diundang untuk memeriahkan kegiatan ini, tetapi sekitar 30 perwakilan saja yang ikut hadir karena mereka sibuk dengan masing-masing kegiatan.
“Kami mengundang seluruh organisasi mahasiswa di ITS agar mereka tahu adik-adik di kampung binaan kami sangat kreatif,” tutur Arifah.
Sesuai tema dan tujuannya, Edo Asdiantoro, staff Sosmas Himasika ITS mengungkapkan, kampung binaan Himasika ITSsebagai bukti pendidikan merupakan hak semua orang. Ia berharap agar tumbuh anak-anak yang cerdas dan kreatif di kampung binaan itu. Keluarga mereka mayoritas pemulung.
Itu merupakan langkah awal yang dilakukan Himasika ITS guna pencapaian Tri Dharma Perguruan Tinggi. Mengabdi kepada masyarakat seharusnya dimulai dari masyarakat yang penghasilannya di bawah rata-rata.
Selain Edo, Arifah berharap anak-anak itu memaknai cita-citanya. Di kampung binaan, ia meminta anak-anak menulis cita-citanya di origami lalu digantung di dinding. Cita-cita mereka yang tertulis pada origami itu beragam, seperti dokter, guru, polisi, hingga tentara.
“Aku senang dengan kegiatan ini karena banyak orang. Kakak Himasika-nya baik-baik,” ujar Tania malu-malu. Tania yang siswa kelas 4 SD itu salah anggota Kampung Binaan Himasika ITS.