MEMBACA SURABAYA
Seberapa Berani Kamu?
Ryan P. Putra
Pelajar SMA Negeri 4 Surabaya
(Dimuat di Surya edisi 17 Juni 2015)
PELAJAR SD/MI,
SMP/MTS, hingga SMA/SMK/MA, se Surabaya bakal menjadi target virus TMS yang
disebarkan Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya.
TMS atau tantangan membaca
Surabaya 2015 (TMS) adalah upaya mengatasi masalah rendahnya kemampuan membaca
siswa di Surabaya. Caranya dengan menantang siswa se Surabaya melakukan
kegiatan membaca sebagai kebiasaan sehari-hari (daily habit) agar menjadi pembaca
sepanjang hayat (a reader for life). Selain itu TMS juga sebagai upaya
mendorong siswa agar memiliki kecintaan membaca.
Tantangan membaca Surabaya ini
akan disebar di setiap jenjang sekolah berbeda. Misalnya untuk siswa di SD/MI,
TMS Dispendik menargetkan terbaca 20 hingga 30 buku. Untuk jenjang SMP/MTS
Dispendik menargetkan 15 buku terbaca. Sementara jenjang SMA/SMK/MA ditargetkan
10 buku terbaca. Perbedaan ini didasari oleh tingkat keringanan bahasa buku.
Semakin ringan bahasa buku, semakin banyak buku yang dibaca oleh setiap siswa.
Nah, virus yang biasanya dikenal
sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kelumpuhan hingga kematian tentu jauh
berbeda dengan virus TMS yang justru sangat bermanfaat bagi siswa di Surabaya.
Bahkan bisa dipastikan setiap siswa yang terinfeksi akan mengalami kelumpuhan
sifat malas membaca dan memicu gejala menulis.
Seperti dipastikan Satria Dharma
saat menjadi narasumber dalam pelatihan bagi guru bahasa Indonesia dan Inggris
tentang TMS. Karena setelah membaca buku, siswa diwajibkan membuat resume dari
buku yang usai dibacanya.
Di beberapa SMPN di Surabaya
tercatat sudah terserang virus TMS. Di antaranya SMPN 6, SMPN 7, dan SMPN 43,
bahkan SD Khadijah II juga sudah terpapar virus membaca Surabaya. Di sekolah
tersebut mampu melahirkan generasi-generasi penerus bangsa yang gemar membaca.
Andai virus TMS menyebar di
seluruh sekolah di Surabaya, apa yang akan terjadi? Semoga virus membaca
Surabaya ini juga bisa semakin luas area sebarannya. Yuk sebarkan virus TMS!