Sabtu, 28 Juli 2018

{Artikel} 2 in 1: Kopdar dan Rapat Koordinasi Taktik Jawa Timur

2 in 1: Kopdar dan Rapat Koordinasi Taktik Jawa Timur

Dimuat di dapurpena.com edisi Sabtu, 28 Juli 2018

(Foto:Syantik/Sesi Foto bersama selepas Kopdar Pengurus Wilayah Taktik Jawi Wetan)

dapurpena.com - Sidoarjo Kota  menjadi destinasi yang cocok bagi pengurus Komunitas Taklim Jurnalistik (Taktik Community) Wilayah Jawa Timur mengadakan kopi darat (KopDar) yang ke-dua, Sabtu (28/07/2018). Bertempat di Rolag Kopi, Sidoarjo, Jawa Timur, kopdar tersebut dihadiri oleh beberapa pengurus inti yang berdomisili dari Probolinggo, Sidoarjo, Ponorogo dan Surabaya.

Selain ajang silaturrahim, kopdar kali ini mengadakan rapat koordinasi untuk kemajuan Taktik terutama di Jawa Timur. Dipimpin oleh Ahmad Zainuri selaku ketua wilayah, rapat koordinasi dimulai dengan menjabarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) hingga program kerja yang akan dilaksanakan setiap minggu, bulan, dan tahunnya.


“Setiap minggunya kita diskusi di grup whatsapp dan lomba menulis puisi atau cerpen. Untuk bulanannya, akan dipublikasikan karya terbaik dari pengurus dan anggota kemudian dilaksanakan kopdar hingga pembuatan media sosial. Lalu program kerja tahunannya akan diadakan seminar jurnalistik,” tutur pria asal Probolinggo tersebut sebagaimana release diterima dapurPENA, (28/07).

(Foto; Ryan/Ahmad Zainuri (dua dari kanan) memimpin jalannya rapat koordinasi di Rolag Kopi, Sidoarjo, Jawa Timur)

Berbeda dari sebelumnya, kopdar di Jawa Timur kali ini dihadiri langsung oleh Ketua Taktik Community Pusat,  Akbar T. Mashuri. Ia juga memaparkan kendala yang harus dihadapi oleh pengurus Taktik di Jawa Timur seperti mengatasi anggota yang pasif di grup.


Hebatnya, pria yang sempat mondok di salah satu pesantren Ponorogo tersebut mengusulkan nama baru untuk Taktik di Jawa Timur menjadi Taktik Jawi Wetan dan usul tersebut diterima oleh seluruh peserta yang ikut kopdar dan harapannya bisa diterima oleh seluruh elemen di Taktik baik tingkat wilayah maupun pusat.


“Berubahnya nama menjadi Taktik Jawi Wetan agar nama tidak terlalu kaku dan berbeda dari yang lain,” ungkap pria yang akan berkuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya tersebut.


Reporter    : Ryan P. Putra
Editor         : Dwi R

Senin, 23 Juli 2018

{Cerpen} Aisyah; Gadis Berkerudung Merah

Aisyah; Gadis Berkerudung Merah

Dimuat di dapurpena.com edisi Senin, 23 Juli 2018

(Sumber; http://katacholis.blogspot.com/gadis berkerudung merah)


*Oleh: Ryan P. Putra

Satu setengah tahun aku meninggalkan semua orang yang ada di sekitarku. Bukan karena untuk pergi jauh dari mereka, namun tuk melanjutkan studi  di salah satu kampus ternama di Kota Pahlawan, Surabaya.  Awal mula nya, hal itu sulit kulakukan mengingat untuk pergi ke sana yang ditempuh menggunakan kapal yang seminggu lamanya. Biaya yang seadanya tak cukup untuk membeli tiket pesawat.

Aku merantau meninggalkan desaku karena jurusan yang aku pilih hanya ada di Surabaya. Mungkin aku terlalu egois, tetapi mau bagaimana lagi kalau impianku hanya ada di satu-satunya jurusan itu? Almarhum ayahku pernah berpesan bahwa aku harus meraih mimpiku meskipun letaknya setinggi langit.

Dunia perkuliahan tak seseram yang kubayangkan. Setiap usai kelas, aku tak pernah lupa ke gazebo jurusan untuk menengadahkan diri di bawah lembutnya awan sembari kicauan burung yang merdu. Aku tidak sendiri. Di gazebo yang lain aku selalu melihat sosok gadis yang memakai kerudung merah. Aku tak mengerti ia siapa. Ia selalu berdiam diri di tempat yang selalu sama.

Hari demi hari hingga minggu demi minggu, ia selalu di tempat itu. Aku selalu memandangnya dari kejauhan, tetapi aku tak melihat apa yang ia lakukan. Aku hanya melihat ia selalu memakai kerudung dengan warna sama, kerudung merah.

Mungkinkah ia penggemar warna merah? Atau ia memang pemberani? Aku bertanya-tanya di dalam hatiku tentang gadis misterius itu.

Sebenarnya, ada apa dengan kerudung merah? Pernah terlintas di pikiranku bahwa kerudung yang ia pakai melambangkan ciri khas dari daerah kelahirannya. Tetapi, apakah ada daerah yang aku maksud? Entahlah.

Satu-satunya cara yang bisa menjawab pertanyaanku hanyalah ia sendiri. Aku harus berani menghampirinya dan menanyakan itu semua. Rasa penasaranku tidak mungkin hilang kecuali ia buka mulut. Aku harus mencari tahu.

Tepat pukul 9 pagi, kelas kuliah pagiku selesai. Tanpa berpikir panjang lagi, aku harus menemui gadis berkerudung merah. Aku menahan rasa laparku dan bergegas menemuinya di gazebo yang biasanya ia menyendiri. Aku tak ingin membuang waktu lagi demi secuwil kisah darinya.

Sekitar lima puluh meter aku akan tiba di gazebo, aku tak melihat seorang pun di sana. Kuhentikan langkahku dan sejenak bertanya-tanya, dimanakah gadis berkerudung merah itu? Apakah hari ini ia tidak kuliah? Atau ia sedang di kantin? Rasanya tidak mungkin ia di kantin. Aku melihatnya dari kejauhan nampaknya ia tidak menyukai hal-hal yang ramai.

Sebagai lelaki, aku harus sabar menunggunya. Aku menunggunya di gazebo. Menit demi menit, kuhabiskan waktuku di gazebo itu.
Menunggunya sambil membaca novel terjemahan tak terasa waktu menungguku dua jam. Waktu bisa dibilang lama, juga bisa dibilang sekejap jika dihabiskan dengan membaca buku, menurutku.

Hari menjelang siang, matahari pun semakin berkuasa memancarkan sinarnya. Gadis berkerudung merah yang kunanti tak kunjung datang. Mungkin benar hari ini ia tidak ada kuliah. Meski sedikit kecewa, aku beranjak pergi meninggalkan gazebo. Aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku tidak boleh menyerah sedikitpun.

Hanya beberapa langkah dari gazebo, aku ditabrak oleh seseorang. Aku lihat wajahnya, ternyata ia seseorang yang selama ini aku cari.
Aisyah? Mengapa kau ada di sini? Apa yang sedang kau lakukan? tanyaku kepada seseorang yang menabrakku.

Aku berkuliah di sini. Sama seperti denganmu.
Ia adalah Aisyah, teman SMAku yang kebetulan satu kampus denganku. Aku terkejut melihatnya, karena kerudung yang ia pakai berwarna merah.

Apakah ia gadis berkerudung merah yang biasanya menyendiri di gazebo?
Apakah kau selalu memakai kerudung merah? tanyaku heran.
Iya. Semua kerudungku berwarna merah dan selalu aku pakai kapanpun dan dimanapun aku berada. Mengapa kau tampak heran?

Aku menceritakan semua yang aku lakukan tentang rasa penasaranku kepada Aisyah. Mulai dari aku milhatnya dari kejauhan hingga bertekad untuk menemuinya. Memang sedikit malu dan canggung, tapi itu semua demi jawaban atas semua rasa penasaranku. Syukurnya, Aisyah menanggapi positif tanpa tersinggung atas semua ceritaku.

Aku memakai kerudung merah bukan karena aku pecinta warna merah dan sosok yang berani. Kerudung merah yang aku pakai akan selalu mengingatkanku kepada sebuah bunga mawar yang indah. Aku pernah menanam bunga mawar di halaman rumahku dan mawar itu selalu membuat bahagia tetangga sekitar. Kini, mawar itu telah mati karena diserang hama yang aku tak tahu itu hama jenis apa. Agar aku tidak larut dalam kesedihanku, maka kerudung merah ini sebagai penghiburku, singkat cerita dari Aisyah.


Mendengar cerita itu, aku sedikit heran dan aneh. Aisyah yang kukenal saat SMA hanya biasa-biasa saja, kini begitu mencintai bunga mawar tanamannya. Tapi itu tidak menjadi masalah buatku. Yang lebih penting menurutku, kini aku tahu siapa sosok gadis berkerudung merah yang membuatku penasaran. Meski ceritanya membuatku sedikit meneteskan air mata.


*/Penulis adalah mahasiswa Fisika ITS, pernah menjadi finalis Akademi Remaja Kreatif Indonesia (ARKI)  tahun 2015.  Kini aktif di Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia dan Taktik Community.

Editor : Saathir Mustaqi
m

Kamis, 05 Juli 2018

{Artikel} Pentingnya Berdakwah Melalui Media Online Dalam perspektif Islam

Pentingnya Berdakwah Melalui Media Online Dalam perspektif Islam

Dimuat di dapurpena.com edisi Kamis, 5 Juli 2018


Oleh: Ryan P. Putra*

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa semakin bertambahnya zaman, maka perkembangan teknologi semakin maju. Jika pada tahun 90an telepon selular atau biasa disingkat dengan ponsel masih berukuran tabung, kini berubah menjadi pipih. Dulunya yang masih menekan-nekan tombol untuk membuka menu atau mengetik sesuatu, berubah menjadi menyentuh layar untuk melakukan sesuatu yang kita butuhkan di ponsel tersebut.

Dari berkembangnya ponsel tersebut, membuktikan bahwa zaman akan semakin maju dan sulit mengalami kemunduran. Terkadang ada orang yang berkata bahwa zaman cenderung mengalami kemunduran, tetapi hal tersebut hanya hal lain kecuali teknologi. Teknologi tidak akan mengalami kemunduran.

Berbicara mengenai perkembangan teknologi, tidak pernah terlepas dari internet. Dikutip dari wikipedia.org, internet (kependekan dari interconnection-networking) adalah seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar sistem global Transmission Control Protocol/Internet Protocol Suite (TCP/IP) sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia. Secara sederhana, internet dapat menghubungkan banyak orang di berbagai tempat menggunakan sistem tertentu. Sehingga, internet dapat memudahkan komunikasi dengan jarak yang sangat jauh.

Meningkatnya Perkembangan Internet

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2016 mencapai 132,7 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2017 mencapai 143,26 juta jiwa dimana jumlah tersebut mencakup 54,68 persen dari total masyarakat Indonesia yang mencapai 262 juta orang. Hal tersebut diungkapkan oleh Henri Kasyfi Soemartono selaku Sekretaris Jenderal.

Dari tahun 2016 ke tahun 2017 jumlah pengguna internet di Indonesia mengalami peningkat. Diprediksi pada tahun 2018 akan mengalami peningkatan serupa meskipun jumlah peningkatannya tidak terlalu besar. Sebagai manusia, tentu tidak bisa menghindari fenomena tersebut.

Menurut Abdullah al-Faqih dalam al- Fatawa al-Islamiyah, Maktabah Syamilah,  tth., jil. 27, hal. 34 berarti: Bahwa sesungguhnya setiap persoalan (yang terkandung) dalam ajaran Islam itu selaras dengan setiap zaman dan setiap waktu, karena (ajarannya) diturunkan dari Allah penguasa alam. Makna yang didapat yakni perkembangan teknologi khususnya pada internet sudah pasti akan mengalami kemajuan seiring bertambahnya waktu. Lantas, sebagai mahasiswa muslim apa yang bisa kita manfaatkan dari hal tersebut?

Peran Media Online Dalam Dakwah Islam

Sebagai mahasiswa, kita tidak bisa menyalahkan zaman yang berkembang semakin maju. Tetapi, kita perlu memanfaatkan hal tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif, salah satunya yakni memanfaatkan media online sebagai sarana berdakwah.

Media online dapat dikatakan sebagai ‘nyawa kedua’ bagi mahasiswa. Pada dasarnya, kehidupan mahasiswa tidak bisa lepas dari semua yang berhubungan dengan internet. Buktinya, ketika bangun tidur hampir seluruh mahasiswa pasti membuka ponsel untuk melihat media sosial yang dimiliki.

Dari kegiatan yang sering dilakukan tersebut, menjadi bukti bahwa media online merupakan senjata yang bisa digunakan untuk menyebarkan dakwah islam. Kajian-kajian yang ditulis oleh tokoh agama maupun orang yang paham dengan islam, akan lebih mudah tersebar jika memanfaatkan media online. Selain itu, dakwah islam yang memanfaatkan media online sebagai sarananya lebih cepat diketahui oleh banyak orang daripada tidak memanfaatkan media online alias dakwah secara offline.
Salahkah Membudayakan Dakwah Melalui Kajian Online?
Allah telah berfirman dalam surah Yunus ayat 101 yang berarti “Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan menggunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...”.
Pada ayat tersebut Allah memerintahkan kepada manusia untuk melakukan penelitian terhadap alam semesta beserta isinya. Pertanyaannya, bagaimana cara efektif kita untuk menyebarkan hasil penelitian tersebut? Sama halnya dengan kajian, penelitian lebih mudah tersebar jika memanfaatkan media online. Sehingga, penelitian yang berisi dakwah islam akan lebih mudah diketahui oleh masyarakat.

Sejatinya, perkembangan media online saat ini sangat minim digunakan untuk menyebarkan kajian-kajian. Sebagai mahasiswa yang melek akan internet, perlu memanfaatkannya sebagai sarana berdakwah di kampus. Tidak salah jika memanfaatkan media online untuk menyebarkan dakwah, karena semua konten yang berada di media online akan lebih cepat dan singkat tersebarnya. Dan yang lebih penting, penyebaran dakwah islam akan menjangkau luas.


*Penulis adalah mahasiswa S1 Departemen Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan penulis buku “Kelinci Percobaan K-13” (FAM Publishing, 2016)
Editor: Hamka