Senin, 23 Juli 2018

{Cerpen} Aisyah; Gadis Berkerudung Merah

Aisyah; Gadis Berkerudung Merah

Dimuat di dapurpena.com edisi Senin, 23 Juli 2018

(Sumber; http://katacholis.blogspot.com/gadis berkerudung merah)


*Oleh: Ryan P. Putra

Satu setengah tahun aku meninggalkan semua orang yang ada di sekitarku. Bukan karena untuk pergi jauh dari mereka, namun tuk melanjutkan studi  di salah satu kampus ternama di Kota Pahlawan, Surabaya.  Awal mula nya, hal itu sulit kulakukan mengingat untuk pergi ke sana yang ditempuh menggunakan kapal yang seminggu lamanya. Biaya yang seadanya tak cukup untuk membeli tiket pesawat.

Aku merantau meninggalkan desaku karena jurusan yang aku pilih hanya ada di Surabaya. Mungkin aku terlalu egois, tetapi mau bagaimana lagi kalau impianku hanya ada di satu-satunya jurusan itu? Almarhum ayahku pernah berpesan bahwa aku harus meraih mimpiku meskipun letaknya setinggi langit.

Dunia perkuliahan tak seseram yang kubayangkan. Setiap usai kelas, aku tak pernah lupa ke gazebo jurusan untuk menengadahkan diri di bawah lembutnya awan sembari kicauan burung yang merdu. Aku tidak sendiri. Di gazebo yang lain aku selalu melihat sosok gadis yang memakai kerudung merah. Aku tak mengerti ia siapa. Ia selalu berdiam diri di tempat yang selalu sama.

Hari demi hari hingga minggu demi minggu, ia selalu di tempat itu. Aku selalu memandangnya dari kejauhan, tetapi aku tak melihat apa yang ia lakukan. Aku hanya melihat ia selalu memakai kerudung dengan warna sama, kerudung merah.

Mungkinkah ia penggemar warna merah? Atau ia memang pemberani? Aku bertanya-tanya di dalam hatiku tentang gadis misterius itu.

Sebenarnya, ada apa dengan kerudung merah? Pernah terlintas di pikiranku bahwa kerudung yang ia pakai melambangkan ciri khas dari daerah kelahirannya. Tetapi, apakah ada daerah yang aku maksud? Entahlah.

Satu-satunya cara yang bisa menjawab pertanyaanku hanyalah ia sendiri. Aku harus berani menghampirinya dan menanyakan itu semua. Rasa penasaranku tidak mungkin hilang kecuali ia buka mulut. Aku harus mencari tahu.

Tepat pukul 9 pagi, kelas kuliah pagiku selesai. Tanpa berpikir panjang lagi, aku harus menemui gadis berkerudung merah. Aku menahan rasa laparku dan bergegas menemuinya di gazebo yang biasanya ia menyendiri. Aku tak ingin membuang waktu lagi demi secuwil kisah darinya.

Sekitar lima puluh meter aku akan tiba di gazebo, aku tak melihat seorang pun di sana. Kuhentikan langkahku dan sejenak bertanya-tanya, dimanakah gadis berkerudung merah itu? Apakah hari ini ia tidak kuliah? Atau ia sedang di kantin? Rasanya tidak mungkin ia di kantin. Aku melihatnya dari kejauhan nampaknya ia tidak menyukai hal-hal yang ramai.

Sebagai lelaki, aku harus sabar menunggunya. Aku menunggunya di gazebo. Menit demi menit, kuhabiskan waktuku di gazebo itu.
Menunggunya sambil membaca novel terjemahan tak terasa waktu menungguku dua jam. Waktu bisa dibilang lama, juga bisa dibilang sekejap jika dihabiskan dengan membaca buku, menurutku.

Hari menjelang siang, matahari pun semakin berkuasa memancarkan sinarnya. Gadis berkerudung merah yang kunanti tak kunjung datang. Mungkin benar hari ini ia tidak ada kuliah. Meski sedikit kecewa, aku beranjak pergi meninggalkan gazebo. Aku berjanji kepada diriku sendiri bahwa aku tidak boleh menyerah sedikitpun.

Hanya beberapa langkah dari gazebo, aku ditabrak oleh seseorang. Aku lihat wajahnya, ternyata ia seseorang yang selama ini aku cari.
Aisyah? Mengapa kau ada di sini? Apa yang sedang kau lakukan? tanyaku kepada seseorang yang menabrakku.

Aku berkuliah di sini. Sama seperti denganmu.
Ia adalah Aisyah, teman SMAku yang kebetulan satu kampus denganku. Aku terkejut melihatnya, karena kerudung yang ia pakai berwarna merah.

Apakah ia gadis berkerudung merah yang biasanya menyendiri di gazebo?
Apakah kau selalu memakai kerudung merah? tanyaku heran.
Iya. Semua kerudungku berwarna merah dan selalu aku pakai kapanpun dan dimanapun aku berada. Mengapa kau tampak heran?

Aku menceritakan semua yang aku lakukan tentang rasa penasaranku kepada Aisyah. Mulai dari aku milhatnya dari kejauhan hingga bertekad untuk menemuinya. Memang sedikit malu dan canggung, tapi itu semua demi jawaban atas semua rasa penasaranku. Syukurnya, Aisyah menanggapi positif tanpa tersinggung atas semua ceritaku.

Aku memakai kerudung merah bukan karena aku pecinta warna merah dan sosok yang berani. Kerudung merah yang aku pakai akan selalu mengingatkanku kepada sebuah bunga mawar yang indah. Aku pernah menanam bunga mawar di halaman rumahku dan mawar itu selalu membuat bahagia tetangga sekitar. Kini, mawar itu telah mati karena diserang hama yang aku tak tahu itu hama jenis apa. Agar aku tidak larut dalam kesedihanku, maka kerudung merah ini sebagai penghiburku, singkat cerita dari Aisyah.


Mendengar cerita itu, aku sedikit heran dan aneh. Aisyah yang kukenal saat SMA hanya biasa-biasa saja, kini begitu mencintai bunga mawar tanamannya. Tapi itu tidak menjadi masalah buatku. Yang lebih penting menurutku, kini aku tahu siapa sosok gadis berkerudung merah yang membuatku penasaran. Meski ceritanya membuatku sedikit meneteskan air mata.


*/Penulis adalah mahasiswa Fisika ITS, pernah menjadi finalis Akademi Remaja Kreatif Indonesia (ARKI)  tahun 2015.  Kini aktif di Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia dan Taktik Community.

Editor : Saathir Mustaqi
m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar